Selasa, 27 Desember 2016

SEJARAH PURA SARASUTA




SEJARAH TERBENTUKNYA PURA SARASUTA


Pura Sarasuta merupakan sebuah pura yang terletak di dusun Sarasuta, desa Lingsar,kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat. Menurut informasi yang kami dapat dari beberapa narasumber dikatakan bahwa pura ini di bangun pada sekitar tahun 1935 oleh seseorang yang merupakan pemilik dari tanah tempat berdirinya pura Sarasuta ini, beliau bernama Ida Made Alit Jendra (Alm).
Awalnya, beliau memilikai sujumlah tanah di tempat berdirinya pura ini, dan di tempat ini juga terdapat mata air yang sangat bening, karena mengetahui adanya mata air tersebut dan beliau juga terkagum melihat keindahan suasana di tempat ini, oleh karena itu beliau membangun sebuah tempat suci yang sangat sederhana pada sekitar tahun 1935 dan setelah jadi akhirnya di pelaspas pada bulan agustus 1938.
Sejak mulai dibangunnya pura ini, banyak orang-orang yang berkunjung dan sembahyang di tempat ini. Hingga saat ini, mata air yang awalnya berada di dekat areal pura ini, kini dikelola oleh pihak PDAM dan dijadikan sumber mata air bagi penduduk setempat. Pura ini terletah diantara dua pura lainnya yaitu pura Saraswili dan Pura Saraswaka, namun diantara ketiga bagian pura ini tidak ada keterkaitan satu sama lain, karena pura-pura tersebut dibangun oleh orang-orang yang berbeda, dan letaknya pun juga berada di susun yang berbeda.
Pura sarasuta berfungsi seperti pura-pura pada umumnya, namun yang membedakannya hanya pada pura ini orang-orang yang berkunjung dan sembahyang disana bukan hanya orang-orang yang beragama hindu, tetapi orang yang beragama lainpun juga sembahyang disana, hal ini terjadi karena di pura tersebut terdapat sebuah tempat yang disebut “KEMALIK” yang oleh orang-orang non Hindu dipercayai sebagai tempat mereka sembahyang, dan bagi umat yang beragama Hindu mereka sembahyang di pelinggih yang ada di dalam pura tersebut.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, orang-orang yang sembahyang di pura ini dahulunya merupakan orang-orang yang menganut ajaran “Islam Watu Telu” dimana mereka mempercayai bahwa sebelum mereka melakukan kegiatan atau upacara misalnya acara sunatan, mereka mohon doa restu dan sembahyang di kemalik yang ada di pura itu, selain itu, banyak juga yang sembahyang dan nunas tirta di pura itu sebelum mereka akan bepergian karena mereka mempercayai bahwa jika mereka sembahyang dan nunas tirta disana mereka akan memperoleh kesejahteraan dan keselamatan.
Piodalan atau pujawali pura ini jatuh pada Purnama Sasih kedasa, dimana orang/ pengemong dari pura ini yaitu bapak Ida Made Artha yang merupakan putra dari bapak Ida Made Alit Jendra yang merupakan orang yang membangun Pura ini. Pada saat piodalan biasanya keluarga besar beliaulah yang membiayai perlengkapan yang dibutuhkan pada saan piodalan itu, karena pura ini merupakan pura pribadi yang dibangun oleh beliau namun pura ini merupakan tempat sembahyang bagi masyarakat umum.
Biasanya pada saat piodalan dipiput oleh seorang Pedanda/ sulinggih dan rentetan acaranya sangat sederhana yaitu mulai dari ngadegang pada saat sehari sebelum piodalan dan kesokan harinya saat acara piodalan.
Menurut informasi yang kami dapatkan, dahulu pura ini memiliki seorang pemangku yang berasal dari agama islam, namun sampai saat ini tidak ada lagi pemangku di pura itu. Pemangku ini biasanya tinggal di area pura itu khususnya di kemalik yang ada di pura tersebut. Adapun nama-nama pemangku yang pernah ada dipura itu, yaitu:
1)      Papuk Minah
2)      Papuk Maji
3)      Papuk Ijah
Saat ini, orang yang tinggal di area dan menjaga kebersihan pura tersebut yaitu Papuk Ijah, beliau tinggal disana dari masih kecil hingga sekarang beliau sudah tua, setiap hari sebelum beliau makan, beliau selalu mempersembahkan makanan maupun benga di kemalik itu.
Demikian sejarah singkat Pura Sarasuta, semoga bermanfaat!!

sumber : Penelitian Langsung penulis ke lokasi Pura Sarasuta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar