SEJARAH TERBENTUKNYA PURA SARASUTA
Pura
Sarasuta merupakan sebuah pura yang terletak di dusun Sarasuta, desa
Lingsar,kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat. Menurut informasi yang kami
dapat dari beberapa narasumber dikatakan bahwa pura ini di bangun pada sekitar
tahun 1935 oleh seseorang yang merupakan pemilik dari tanah tempat berdirinya
pura Sarasuta ini, beliau bernama Ida Made Alit Jendra (Alm).
Awalnya,
beliau memilikai sujumlah tanah di tempat berdirinya pura ini, dan di tempat
ini juga terdapat mata air yang sangat bening, karena mengetahui adanya mata air
tersebut dan beliau juga terkagum melihat keindahan suasana di tempat ini, oleh
karena itu beliau membangun sebuah tempat suci yang sangat sederhana pada
sekitar tahun 1935 dan setelah jadi akhirnya di pelaspas pada bulan agustus
1938.
Sejak
mulai dibangunnya pura ini, banyak orang-orang yang berkunjung dan sembahyang
di tempat ini. Hingga saat ini, mata air yang awalnya berada di dekat areal
pura ini, kini dikelola oleh pihak PDAM dan dijadikan sumber mata air bagi
penduduk setempat. Pura ini terletah diantara dua pura lainnya yaitu pura
Saraswili dan Pura Saraswaka, namun diantara ketiga bagian pura ini tidak ada
keterkaitan satu sama lain, karena pura-pura tersebut dibangun oleh orang-orang
yang berbeda, dan letaknya pun juga berada di susun yang berbeda.
Pura
sarasuta berfungsi seperti pura-pura pada umumnya, namun yang membedakannya
hanya pada pura ini orang-orang yang berkunjung dan sembahyang disana bukan
hanya orang-orang yang beragama hindu, tetapi orang yang beragama lainpun juga
sembahyang disana, hal ini terjadi karena di pura tersebut terdapat sebuah
tempat yang disebut “KEMALIK” yang oleh orang-orang non Hindu dipercayai
sebagai tempat mereka sembahyang, dan bagi umat yang beragama Hindu mereka
sembahyang di pelinggih yang ada di dalam pura tersebut.
Berdasarkan
informasi yang kami dapatkan, orang-orang yang sembahyang di pura ini dahulunya
merupakan orang-orang yang menganut ajaran “Islam Watu Telu” dimana mereka
mempercayai bahwa sebelum mereka melakukan kegiatan atau upacara misalnya acara
sunatan, mereka mohon doa restu dan sembahyang di kemalik yang ada di pura itu,
selain itu, banyak juga yang sembahyang dan nunas tirta di pura itu sebelum
mereka akan bepergian karena mereka mempercayai bahwa jika mereka sembahyang
dan nunas tirta disana mereka akan memperoleh kesejahteraan dan keselamatan.
Piodalan
atau pujawali pura ini jatuh pada Purnama Sasih kedasa, dimana orang/ pengemong
dari pura ini yaitu bapak Ida Made Artha yang merupakan putra dari bapak Ida
Made Alit Jendra yang merupakan orang yang membangun Pura ini. Pada saat
piodalan biasanya keluarga besar beliaulah yang membiayai perlengkapan yang
dibutuhkan pada saan piodalan itu, karena pura ini merupakan pura pribadi yang
dibangun oleh beliau namun pura ini merupakan tempat sembahyang bagi masyarakat
umum.
Biasanya
pada saat piodalan dipiput oleh seorang Pedanda/ sulinggih dan rentetan
acaranya sangat sederhana yaitu mulai dari ngadegang pada saat sehari sebelum
piodalan dan kesokan harinya saat acara piodalan.
Menurut
informasi yang kami dapatkan, dahulu pura ini memiliki seorang pemangku yang
berasal dari agama islam, namun sampai saat ini tidak ada lagi pemangku di pura
itu. Pemangku ini biasanya tinggal di area pura itu khususnya di kemalik yang
ada di pura tersebut. Adapun nama-nama pemangku yang pernah ada dipura itu,
yaitu:
1) Papuk
Minah
2) Papuk
Maji
3) Papuk
Ijah
Saat
ini, orang yang tinggal di area dan menjaga kebersihan pura tersebut yaitu
Papuk Ijah, beliau tinggal disana dari masih kecil hingga sekarang beliau sudah
tua, setiap hari sebelum beliau makan, beliau selalu mempersembahkan makanan
maupun benga di kemalik itu.
Demikian sejarah singkat Pura Sarasuta, semoga bermanfaat!!
sumber : Penelitian Langsung penulis ke lokasi Pura Sarasuta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar